KUNJUNGAN DI PABRIK GULA
MADUKISMO
DAN UPT BPPTK LIPI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
LAPORAN KKL
Diajukan sebagai Laporan
Kuliah Kerja Lapangan di Yogyakarta pada Jurusan Biologi
Disusun oleh :
Nofadila Qurrota A’ayun (13620095)
Ari Musthofa (13620111)
M. Risqi Ngadzimul Fadli (13620113)
Rizqiyah Amaliya Nahdiyah (13620115)
Lailatul Qomariyah (13620128)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pabrik Gula Madukismo
Sub Judul :
Pembuatan Gula dan Bioetanol
Nama : Nofadila Qurrota A’ayun (13620095)
Ari
Musthofa (13620111)
M.
Risqi Ngadzimul Fadli (13620113)
Risqiyah Amalia Nahdiyah (13620115)
Lailatul Qomariyah (13620128)
Malang,………………………
Menyetujui,
Pembimbing, Mahasiswa,
dr. Tias Pramesti Griana Nama
NIP. NIM.
Disahkan oleh,
Instansi Tempat KKL Ketua Jurusan ...,
Jabatan
Nama Nama
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur kami haturkan ke haribaan Allah SWT. Hanya karena limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kulyah
keja lapangan dengan judul “Kunjungan di Pabrik Gula Madukismo dan UPT BPPTK
LIPI Gunungkidul Yogyakarta”, walaupun banyak halangan yang kami hadapi.
Terselesaikannya karya
tulis ini atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Tias Pramesti Griana selaku pembimbing mata kulyah
Teknik Instrumentasi
2. Seluruh staf PG. Madukismo Yogyakarta
3. Seluruh staf LIPI Gunungkidul Yogyakarta
4. Rekan-rekan jurusan biologi angkatan 2013
5. Semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan
ini.
Kami menyadari bahwa
penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan
ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bermanfaat.
Malang, 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Identifikasi Masalah................................................................................. 2
3.
Tujuan Laporan KKL .............................................................................. 2
4.
Manfaat Laporan KKL............................................................................ 2
5.
Kerangka Pemikiran................................................................................. 3
6.
Metode Penelitian.................................................................................... 3
7.
Lokasi dan Waktu KKL........................................................................... 4
II.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Tebu.......................................................................................................... 5
2.
Proses Pembuatan Gula............................................................................ 4
3.
Bioetanol.................................................................................................. 4
4.
Proses Pembuatan Bioetanol.................................................................... 5
5.
Produk UPT BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta............................. 6
III.
OBYEK KKL
1.
Pabrik Gula Madukismo......................................................................... 9
2.
UPT BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta........................................ 9
IV.
PEMBAHASAN
1.
Struktur Organisasi Pabrik Gula Madukismo........................................ 12
2.
Riset di Pabrik Gula Madukismo.......................................................... 13
3.
Struktur Organisasi UPT BPPTK LIPI Gunungkidul........................... 13
4.
Macam dan Kegiatan Laboratorium...................................................... 14
5.
Riset di UPT BPPTK LIPI Gunungkidul............................................. 15
V.
PENUTUP
1.
Kesimpulan............................................................................................ 16
2. Saran...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kuliah
kerja lapangan (KKL) merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar kampus untuk
menambah pengetahuan mahasiswa terkait mata kuliah tertentu yang kali ini
adalah mata kuliah Teknik Instrumentasi. Dalam KKL ini, mahasiswa Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
mengunjungi industri dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan di Yogyakarta.
Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknologi yang digunakan oleh
industri yang kali ini industrinya adalah PG. Madukismo Yogyakarta. Selain
teknologi dalam industri, mahasiswa jurusan biologi dirasa perlu untuk
mengetahui pengembangan ilmu pengetahuan dalam pusat pengembangan ilmu
pengetahuan yang kali ini adalah UPT BPPTK LIPI Gunungkidul Yogyakarta, karena jurusan biologi di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan jurusan ilmu murni, bukan pendidikan.
Dunia
kerja pada saat ini sangatlah luas. Bidang ilmu murni banyak dibutuhkan tidak
hanya di laboratorium. Diharapkan dengan adanya KKL ini mahasiswa memiliki
bayangan dalam dunia kerja yang ingin dimasuki. Dengan mengetahui dunia
industri sejak dini, mahasiswa dapat menyiapkan diri dengan menggali bakat yang
dimiliki untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam dunia kerja.
Kuliah
kerja lapangan akan menjadi jalan atau media untuk mendekatkan perguruan tinggi
dengan lembaga penelitian yang akan menghasilkan sarjana sains biologi yang
dapat bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Pernyataan tersebut
menguatkan untuk diadakannya kuliah kerja lapangan bagi mahasiswa Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan
2013.
1.2. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dalam
laporan ini adalah :
1. Bagaimana teknologi yang ada di bidang
industri ?
2. Apa saja produk yang dihasilkan PG.
Madukismo selain gula ?
3. Bagaimana ilmu pengetahuan yang
dikembangkan di LIPI Gunungkidul Yogyakarta ?
4. Produk apa saja yang dikeluarkan oleh
LIPI Gunungkidul Yogyakarta ?
1.3. Tujuan Laporan
Tujuan dari penulisan
laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknologi yang ada di
bidang industri
2. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan
PG. Madukismo selain gula.
3. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan yang
dikembangkan di LIPI Gunungkidul Yogyakarta
4. Untuk mengetahui produk yang dikeluarkan
oleh LIPI Gunungkidul Yogyakarta
1.4. Manfaat Laporan
Manfaat
dari penulisan laporan ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang industri dan
teknologi yang ada pada industri serta pengembangan-pengembangan yang dilakukan
oleh LIPI Gunungkidul Yogyakarta
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang
dilakukan yaitu :
·
Observasi
Penulis melakukan kunjungan langsung ke PG.Madukismo dan LIPI
Gunungkidul Yogyakarta serta melakukan pengamatan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan teknologi industri yang ada di sana.
·
Mencari informasi dalam media online
1.6 Lokasi
dan Waktu KKL
Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Teknik Instrumentasi ini melakukan kunjungan
di Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta pada tanggal 16 April 2014 dan UPT BPPTK
LIPI Gunungkidul Yogyakarta pada tanggal 17 April 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MORFOLOGI TEBU
Sebelum kita
membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat gula, ada baiknya bila kita
mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan gula yaitu tebu. Nama tebu
hanya terkenal di Indonesia. dilingkungan internasional tanaman ini lebih
dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum officinarum L. Jenis ini
termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-rumputan. Secara
morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun,
akar, dan bunga (Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan
).
Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri tertentu.
- Ciri-ciri Batang
- Ciri-ciri Daun
- Ciri-ciri Akar
(Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan
)
·
Varietas
Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula
Varietas tebu sangat banyak
jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang dimaksud variatas unggul adalah
varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Tingkat produktivitas gula yang tinggi. Produktivitas dapat diukur dari bobot atau rendaman yang tinggi;
- Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil;
- Kemampuan yang tinggi untuk di kepras; dan
Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit; (Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling.
Yang dimaskud tebu layak giling adalah :
- Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.
- Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%
Jangka waktu
sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam. Berdasarkan ciri-ciri tebu
diatas maka pada umumnya pabrik gula di Indonesia memakai tebu Varietas Ps dari
pasuruan dan Bz dari Brazil. (Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan
)
·
Jenis Mesin
Manual yang Digunakan dalam Pembuatan Gula
Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses
pembuatan gula antara lain adalah :
1.
Mesin
elektrolisa yang terdiri dari
·
Mesin pengerja pendahulu
(Voorbewer kers) yang terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife.
·
Alat gilingan terdiri dari 5
buah gilingan dan 3 rol penggiling.
2. Mesin pemurnian nira yang terdiri dari :
·
Tabung Defekator
·
Alat Pengendap
·
Rotary Vacuum Filter
3. Mesin
penguap yang terdiri dari :
·
Beberapa evaporator
·
Kondespot
·
Michaelispot
·
Pompa vakum
4. Mesin kristalisasi terdiri dari :
·
Pan vakum
·
Palung pendingin (kultrog)
3. Mesin putaran gula (centrifugal)
·
Broadbent
·
Batch Sangerhausen
·
Wester Stated CCS
·
BMA 850 K
4. Mesin pengering
5. Mesin pembangkit tenaga uap/listrik
·
Jenis Mesin
Modern yang Digunakan dalam Pembuatan Gula
- Boiler
- Diffuser
- Clarifier
- Vakum Putar
- Evaporator Majemuk(multiple effect evaporator)
- Sentrifugasi
- Resin
- Recover
2.2 Proses
pembuatan Gula
Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal dan
kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa
pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan, dll. Ini
dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.
Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik
selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih
dilakukan di pabrik dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar
bekerja secara otomatis.
- Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula
Pembuatan gula putih di pabrik
gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian,
penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.
1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira
mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu
rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras)
yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan
terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong
dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira
untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol
dengan ukuran 36”X64”.
2.
Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu
cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia
memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan
pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber).
Proses ini menggunakan tabung
defekator, alat pengendap dan saringan Rotary Vacuum Filter dan bahan
pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang,
dipanaskan, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas
SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap.
Nira kotor yang diendapkan kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum
Filter. Dari proses ini dihasilkan nira jernih dan endapan padat berupa
blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian dikirim kestasiun penguapan.
3. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air.
Untuk menghilangkan kadar air dilakukan penguapan (evaporasi).
Dipabrik gula penguapan
dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect
yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian.
Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu bejana
sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira
diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara tidak langsung. Uap
bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang diuapkan terdapat dalam
pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas yang mengembun dikeluarkan
dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari bejana nomor 1 diuapkan
dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor 1. Kemudian uap nira
yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira
yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari
bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira
kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini
diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan
uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun
penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira
pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat
jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD,
dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed),
serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap
dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu
didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena
suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan
(Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada
palung pendinginan (kultrog).
5. Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan
dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat
ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
- 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
- 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
- 2 buah western stated CCS untuk D awal.
- 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
- 3 buah BNA 850 K untuk gula D.
dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula
dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi
(pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem
ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse
(kristal gula) dan melasse (tetes gula).
6. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal
gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang
mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,untuk menjaga agar
tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih
dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara
panas kira-kira 800c.pengeringan gula secara alami dilakukan
dengan melewatkan SHS pada talanggoyang yang panjang. Dengan melalui talang ini
gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu,
pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar
prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.
- Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula
Tenaga yang menggerakan
mesin-mesin pembuat gula selain berasal dari pembangkit listrik juga
berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai penghasil tenaga digunakan 5 buah
ketel pipa air Niew mark 16 ton/jam masing-masing 440 m2vo dengan
tekanan kerja 15 kg/cm2 dan satu buah ketel cheng-cheng kapasitas 40
ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan turbin generator dan
mesin uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan menguapkan nira dalam
panci mengguapkan dan memanaskan gula.
Bahan bakar pembangkit tenaga
uap adalah ampas tebu yang berasal dari proses pemerahan nira. Ampas tebu yang
di hasilkan dari proses pemerahan nira tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu
mengandung kalori sekitar 18000 kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM
(F,O).
- Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual
Produksi gula menggunakan
mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula yang diproduksi pun adalah gula
putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Selain itu produksi gula menggunakan
mesin manual lebih menghemat energi, karena bahan bakarnya berasal dari ampas
tebu. Tetapi produksi gula menggunakan mesin manual juga memiliki kekurangan yaitu,
tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat,
karena produksi gula menggunakan mesin manual lebih sedikit dari pada produksi
gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih
Mesin-mesin yang digunakan
dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di atas digerakan oleh tenaga yang berasal
dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga uap. Sedangkan bahan bakar untuk
pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa ampas tebu yang dihasilkan dari
proses pemerahan nira.
Produksi gula menggunakan
mesin manual lebih menghemat energi dibandingkan dengan produksi gula
menggunakan mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan produksi gula
menggunakan mesin manual adalah tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi
tingkat konsumsi masyarakat.
2.3 Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara
fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Dalam buku ini akan dibahas tentang
karakterisasi bioetanol, prospek bioetanol, manfaat dan kebutuhan nasional
serta peluang pasarnya. Pembahasan lebih fokus pada proses pembuatan
bioetanol dari mulai penyediaan bahan baku, proses, aspek fermentasi sampai
pada pengawasan mutunya. Bahan baku meliputi bahan baku sumber gula diantaranya
adalah molases dan nira, bahan baku sumber pati yaitu ubikayu, jagung serta
ubi-ubian lain, serta bahan baku sumber serat (lignoselulosa) diantaranya
tongkol jagung, sekam dan sebagainya. Bab bahan baku juga dibahas bahan
pembantu untuk produksi bioetanol. Proses pembuatan bioetanol dibedakan menjadi
tiga berdasarkan bahan bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat.
Proses pembuatan bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya.
Disamping itu buku ini juga membahas produk samping, perlengkapan teknis
produksi dan pengawasan dan pengendalian mutu dalam industri bioetanol.
2.4 Proses pembuata bioetanol
Bahan baku yang digunakan
untuk membuat bioetanaol adalah tetes, yang merupakan hasil sampingan dari PG.
Madukismo. Proses yang dipakai adalah peragian (fermentasi), dari ragi yang
dipakai : Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang ada dalam ragi ini mengubah gula
yang masih ada dalam tetes menjadi alcohol dan gas CO2
Reaksi kimia :
·
Sakarosa
dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
·
Gula
reduksi bereaksi menjadi alkohol + gas CO2
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
Proses Pembibitan dan Fermentasi
Dalam memperbanyak Saccharomyces Cereviseae dengan
cara kultur dengan menggunakan.Medium : gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak
pisang ambon, agar tetes tebu/molase sebagai aklimitasi peremajaan kultur
Saccharomyces Cereviseae dilakukan 1 bulan sekali, maksimal 2 bulan dengan
tujuan untuk mengaktifkan kembali fungsi kerja Saccharomyces Cereviseae.
1. Dibuat secara 2 tahap :
30
cc dengan Brix 6Untuk mengukur kadar brik dengan menggunakan Brix meter.
Kemudian penambahan urea sebanyak 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gt, H2SO4 dengan PH
4,8. Setelah selesai di buat, kemudian disterilisasi dengan pemanasan biasa.
Memasukan masing-masing larutan ke dalam erlenmayer ( I dan II ). Kemudian
dipanaskan dan didinginkan / diinkubasi selama 24 jam.
2. Menyiapkan tangki 19 dengan kapasitas
tangki 12 L, penambahannya Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 pH 4,8 dan memasukan
erlenmeyer I dan II ke dalam tangki 19 di inkubasi selama 24 jam.4. Menyiapkan
tangki 20 dengan kapasitas tangki 48 L, penambahan urea 48gr NPK 14,4 gr, H2SO4
dengan pH 4,8, dan dimasukan hasil inkubasi dari tangki 19 kemudian di inkubasi
kembali 24 jam.
3. Hasil pada tahap ke empat selanjutnya
dimasukan ke tangki 21 dengan kapasitas tangki 480 L dan penambahan urea 480gr,
NPK 144gr, H2SO4 dengan pH 4,8 diinkubasi 24 jam.
4. Hasil pada tahap ke 5, selanjutnya
dimasukan ke tangki 22/1 dengan kapasitas tangki 3010L diinkubasi selama 24
jam. Setelah 24 jam masuk ketangki 22/2 dengan kapasitas tangki 3010 L
diinkubasi kembali selama 16 jam dan diperoleh bibit /starter Saccharomyces
Cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan kondisi bibit / starter masih aerob.
5. Bibit / starter Saccharomyces Cereviseae
pada tangki 22/2 diinginkan sebanyak 2660L dan dicampurkan ke dalam tangki 25
yang berkapasitas 18000L, dengan penambahan Urea, NPK dan H2SO4 dan diinkubasi
kembali selama 16 jam, kondisi masih aerob.
6. Hasil pada tahap ke 7 selanjutnya di
masukan kedalam tangki 26 berkapasitas 75000L (sludge) dan diinkubasi selama 50
jam, kondisi anaerob.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyln blue.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyln blue.
Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom:
·
Kolom
Maische
·
Kolom
Rectifiser
·
Kolom
Voorloop
·
Kolom
Nachloop
Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan tekanan 0.5 kg/cm2 suhu 120º
a) Kolom Maische:
Alkohol
kasar kadar ± 45% → masuk ke Kolom Voorloop
Hasil bawah : Vinase dibuang
Hasil bawah : Vinase dibuang
b) Kolom Voorloop
Hasil
atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid, ditampung sebagai
hasil. Hasil bawah : Alkohol mudah kadar ± 25% → masuk ke Kolom Rectifiser.
c) Kolom Rectifiser
·
Hasil
atas : alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil.
·
Hasil
tengah : alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk Kolom Nachloop
·
Hasil
bawah : Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu
sebagian digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai bahan penyerap alkohol
dan sebagian dibuang.
d)
Kolom
Nachloop
·
Hasil atas :
alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.
·
Hasil bawah
: air yang bebas alkohol, dibuang.
Minyak Fusel
(amyl alcohol) merupakan hasil samping pabrik spiritus, ini bisa digunakan
untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).
Gambar.
Diagram alir pembuatan
alkohol PS.
Madukismo
Hasil
Produksi
Alkohol
dibedakan atas dasar kualitas :
1.
Alkohol
teknis : yang masih mengandung aldehid, kadar ± 94% digunakan untuk membuat
spiritus bakar
2.
Alkohol
murni : minimal kadar 95% bisa dipakai industri farmasi, kosmetik dll.
Hasil sampingan : minyak fusel (amyl
alcohol)
Pemakaian tetes : rata-rata satu
hari 900 kuintal
Produksi rata-rata : 25.000 liter
alkohol per 24 jam, terdiri dari (88% alkohol murni, 12% alkohol tetes).
Rendemen : 28% (28 liter alkohol per kuintal tetes).
Rendemen : 28% (28 liter alkohol per kuintal tetes).
BAB III
OBYEK KKL
3.1 Pabrik Gula Madukismo
P.G.
Madukismo didirikan pada tanggal 14 juni 1955 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru dilaksanakan peresmian oleh Presiden
RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958 yang terletak di daerah Yogyakarta
selatan, Kasihan, Bantul. Dulu pabrik ini hanya memproduksi gula, namun pada
tahun 1959 hingga kini P.G. Madukismo memproduksi gula dan alcohol atau
spritus, pada saat itu pemegang saham terbesar adalah Sri Sultan Hamengku
buwono IX yaitu 75% sedangkan sisanya 25% di pegang oleh pemerintah R.I.
kemudian saat ini ada perubahan kepemilikan saham menjadi 65% dimiliki oleh Sri
Hamangku Buwono X, dan pemerintahan memegang 35% yang dikuasai oleh P.T.
RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA. Tujuan dari didirikan pabrik ini yaitu agar
masyarakat dapat menikmati gula hasil produksi dalam negri, tidak hanya dari
luar.
Dahulu
PG Madukismo bernama PG Padokan dengan luasan yang sangat kecil, pada masa
Belanda PG Padokan hancur lebur, atas jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX
kemudian didirikan kembali Pabrik Gula Padokan dengan nama Madukismo. Gagasan
pendirian Pabrik Gula Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat yang
banyak kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula
waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu menampung banyak orang
untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan
tanaman, panen serta di pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja
teristimewa pada waktu masa giling.
PG Madukismo
tidak hanya memproduksi gula, juga menawarkan paket wisata edukasi
agroindustri. Perjalanan Wisata Agro Industri ini adalah wisata untuk melihat
proses produksi yang dilaksanakan. Kita akan di antar menggunakan gerbong yang
ditarik oleh lokomotif tua. Biasanya wisata ini dilaksanakan pada masa giling
yakni bulan Mei – September.
Saat wisata
ini, kita bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi gula
melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira
dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan.
Sambil mencermati proses produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin tua
yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Mungkin
tidak banyak yang mengetahui bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu kala
terdapat banyak pabrik gula, Dengan luasan daerah yang tidak begitu besar
wilayah ini memiliki 17 Pabrik gula yakni PG. Randugunting, PG. Tanjungtirto,
PG Kedaton Pleret, PG Wonocatur, PG padokan, PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu
Galur, PG Gondanglipuro, PG Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG
Cebongan, PG Beran, PG Medari, dan PG Sendangpitu, namun pada jaman mallaise
atau lebih disebut jaman meleset yakni supply gula dunia berlebih maka banyak
pabrik tersebut yang tutup.
Setelah ada
kesepakatan perdagangan tahun 1931 yang terkenal dengan Charbourne Agreement
yang berdampak pada pengurangan produksi gula termasuk di Yogyakarta dari
sekitar 3 juta ton menjadi 1,4 juta ton per tahun. Akhirnya dari 17 hanya
tersisa 8 pabrik gula yakni PG.Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Padokan, PG
Gondanglipuro, PG Gesikan, PG Beran, PG Medari, namun saying saat agresi
militer ke II tahun 1948 semua bangunan pabrik tersebut dibumi hanguskan dan
rata dengan tanah tapi masih ada beberapa yang menyisakan temboknya saja. Pada
tahun 1955 diatas bangunan Pabrik gula Padokan yang turut dibumi hanguskan
dibangun PG-PS Madukismo atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX dan
diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI I yakni Ir. Soekarno dan
mulai berproduksi tahun itu juga.
Saat ini jika
kita ingin menikmati keberadaan Pabrik Gula Madukismo dapat mengikuti Paket
Agrowisata Madukismo, namun kita harus mendaftar beberapa hari sebelumnya
karena tidak setiap saat diadakan. Paket Agrowisata Madukismo ini menawarkan
wisata yang sangat bermanfaat sebagai edukasi dan menyadarkan bahwa ternyata proses
untuk menjadi gula yang manis yang kita komsumsi melalui proses yang panjang.
Mulai dari penanam pohon tebu hingga berunur sekitar 1 tahun agar mencapai
kemasakan yang optimal dan melalui proses penggilingan untuk pemerahan nira
yang mendapatkan sari gula, kemudian pemurnian nira dengan sulfitasi kemudian
penguapan nira, kristalisasi, puteran gula dan pengemasan, dan gula putih yang
manis dan hiegenis siap di pasarkan.
Keunikan yang
ditawarkan dari paket Agrowisata ini adalah kita bisa menikmati menggunakan
kereta tua bermesin diesel buatan jerman dari gedung Madu Chandya sebagai
tempat dimana kita dapat mendaftar untuk mengikuti paket wisata ini, jaraknya
dari pabrik sendiri kurang lebih 500 m. jika kita berkunjung pada saat masa
giling yakni pada bulan mei s/d September maka kita akan dapat menyaksikan
secara langsung proses proses yang dilakukan.
Satu hal lain
yang bila kita sempat menyaksikan pada awal musim giling tersebut maka kita
dapat menyaksikan upacara ritual Cembengan, yakni upacara untuk memohon kepada
yang kuasa agar selama proses giling tidak mengalami kendala, pada ritual ini
dapat kita saksikan kirab tebu temanten serta pengilingan pertama. Banyak acara
kesenian ditampilkan selama acara Cembengan ini salah satunya pagelaran wayang
kulit semalam suntuk. Pabrik ini secara administrasi di desa
Padokan,Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
3.2 UPT BPPTK LIPI Gunungkidul
Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor
1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI
di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT
Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi:
Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di
Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas.
Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan
kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada
pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di
Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan
laboratorium.
Pembentukan
UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan
peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang
berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi
agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara
optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung
jawab, yaitu:
1. Dunia ilmu pengetahuan
2. Masyarakat
3. Pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada
pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan
organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat
penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar
program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan
tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK
sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana
Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan
program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti,
merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik
dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua
yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak
sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pabrik
Gula Madukismo Ypgyakarta
4.1.1 Struktur Organisasi
Susunan pegurus saat ini sebagai
berikut :
1.
Komisaris Utama
- GKR
Pembayun
2.
Komisaris
- Drs.
H. Sumargono Kusumohadiningrat
- Ir. H.
Bambang Sumardiko
3.
Direktur
- Ir.
Rachmad Edi Cahyono, M.SI
4.1.2 Kemajuan-Kemajuan PG. Madukismo
Yogyakarta
·
Desain awal 1.500 ton tebu perhari
(tt)
·
Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi
2500 tth
·
Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi
3000 tth
·
Tahun 2000 – sekarang berhasil
mencapai hingga 3500 tth
PS MADU KISMO
·
Tahun 1976 awal 15.000 liter alcohol
per hari
Tahun 2002 ditingkatkan menjadi 25000 liter per hari 4.2 UPT BPPTK
LIPI Gunungkidul Yogyakarta
4.2 Struktur Organisasi
4.3 PRODUK-PRODIK LIPI
1.
Lemofit
Untuk meningkatkan pertumbuhan ternak perlu
suatu upaya menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi peternak. Dari pengamatan
selama ini ternyata ternak-ternak masih belum stabil perkembangannya
dikarenakan tidak adanya pakan suplemen untuk meningkatkan nafsu makan.
Lemo-Fit adalah produk pakan imbuhan yang diformulasikan khusus untuk ternak
ruminansia baik ternak kecil (domba, kambing dll) maupun ternak besar (sapi,
kerbau dll). Khasiat nutrisi produk imbuhan pakan ini selain sebagai peningkat
nafsu makan ternak juga akan meningkatkan produktivitas sehingga lebih menguntungkan
bagi peternak. Beberapa hasil uji lapangan ke peternak rakyat juga
memperlihatkan adanya pengaruh positif dari Lemo-Fit terhadap kesehatan ternak.
2.
Mangut lele
Mangut lele merupakan makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta. Lele dimasak dengan menggunakan bumbu mangut, yang didominasi dengan kuah dari santan. Komposisi Gizi Mangut Lele Kaleng : GIZI % per 100 g, lemak 6.24, protein 6.58, karbohidrat 9.63, kadar air 75.71, kadar abu 1.66 terdaftar BPOM.RI.MD. 517112003035
3. Gudeg
Gudeg adalah
makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat
dari nangka muda yang
dimasak dengan santan dan dibumbui
dengan kluwak. Penggemar
makanan ini relatif banyak. Sayangnya, gudeg memiliki masa simpan cukup pendek.
Proses pengalengan telah dilakukan terhadap makanan gudeg, dan produk dapat
memiliki masa simpan hingga 1 tahun.
Komposisi kandungan : GIZI % per 100 g, Lemak
5.12, Protein 5.33, Karbohidrat 12.47, kadar air 73.28 dan kadar abu 1.72
terdaftar BPOM. RI . MD. 555112001035
4.
Pembuatan
Bio Gas dari Kotoran Ternak
Tepung BMC Tempe merupakan tepung campuran dari tepung tempe dan bahan
lokal lainnya (tepung beras, tepung kacang hijau dll). Tepung BMC Tempe ini
dapat dibuat menjadi produk makanan (kudapan) yang dapat digunakan dalam
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak usia sekolah maupun balita.
Kudapan yang dibuat dari BMC Tempe, dinyatakan telah memiliki nilai gizi sesuai
dengan persyaratan program PMT-AS (Inpres No.1 Tahun 1997 ayat III) yaitu
mengandung 300 Kal dan 5 g protein. Produk BMC Tempe ini telah digunakan untuk
memperbaiki keadaan gizi anak sekolah maupun balita. Kandungan zat gizi dalam
100 g Tepung BMC Tempe yaitu energi 375 Kal, protein 16%, lemak 2,5%,
karbohidrat 71,7%, vitamin B1, B2, B12, zat besi, kalsium, dan kalium.
4.4 Laboratorium
Laboratorium yang ada di pusat
pengembangn ilmu pengetahuan LIPI Gunungkidul yaitu :
·
Laboratorium
pakan
Pada laboratorium ini produknya antara
lain :
a. Bioadiktif
b. Fermentasi
·
Laboratorium
Pangan
Pada laboratorium pangan riset yang
dilakukan adalah pengalengan beberapa makanan berat, misalnya gudeg.
Lanoratorium terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Laboratorium pengalengan
b. Laboratorium Mikro
·
Laboratorium
Kimia dan Lingkungan
Laboratorium ini terbagi menjadi tiga,
yaitu :
a. Laboratorium Sapi
b. Laboratorium Kambing
c. Laboatorium Ayam
pada laboratorium ini, ada riset untuk
menekan protozoa dalam lumer sapi yang menghasilkan metan, yaitu dengan
mengkudu. Limbah kotoran sapi yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk
gas, untuk pupuk cair
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) adalah:
1.
Mesin-mesin manual yang digunakan dalam proses pembuatan gula antara lain :
a.Mesin-mesin modern :
Boiler, Diffuser, Clarifier, Vakum Putar, Evaporator Majemuk(multiple
effect evaporator), Sentrifugasi, Resin, Recover.
b. Mesin-Mesin manual :
Mesin elektrolisa, Mesin pemurnian nira, Mesin penguap, Mesin kristalisasi,
Mesin putaran gula, Mesin pembangkit tenaga listrik.
2.
Produksi
gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula yang diproduksi
pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Selain itu produksi
gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi, karena bahan bakarnya
berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula menggunakan mesin manual juga
memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi
tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi gula menggunakan mesin manual
lebih sedikit dari pada produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi
canggih
3. Penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada
pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan
kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan
organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat
penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar
program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan
tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
5.2 Saran
Program Kuliah Kerja Lapangan
memberi kesan baik terhadap mahasiswa jurusan biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang, dan memberi manfaat tentang seputar
pengetahuan yang menambah wawasan akan pemanfaatan bioteknologi terhadap
produk-produk dalam negeri sendiri. Alangkah lebih manfaatnya, jika program ini
dilaksanakan setiap satu semester.